Kejadian itu terulang lagi. Tabrakan dengan pengendara motor berakhir maut. Ini kisah ketiga yang menjadi semakin dekat dengan diriku.
Beberapa tahun yang lalu, ayah angkatku menceritakan kisah kenalan dekatnya yang memperoleh kesembuhan setelah mengalami beberapa bulan koma setelah kecelakaan lalu lintas. Kala itu ia terjatuh dari motor, membentur trotoar, hingga mengalami pendarahan di dalam tengkorak. Operasi dilakukan. Tentu dengan biaya yang tidak sedikit, menguras seluruh tabungan. Biaya perawatan di rumah sakit juga tidak murah. Dengan bantuan berbagai pihak, ia bisa sadar dan kembali beraktivitas seperti sedia kala tanpa gangguan fungsi otak. Hanya kehilangan sebelah penglihatan. Bayinya yang kala itu berusia sekitar tiga bulan tetap memiliki ibu kandung yang akan membesarkannya dengan penuh cinta. Ini kisah pertama. Kisah orang yang tidak kukenal.
Kisah kedua adalah kisah istri seorang teman. Setelah hampir seminggu terbaring koma, ia meninggalkan dua seorang putra berusia lima tahun dan seorang putri berusia belum genap 40 hari. Kejadiannya mirip: terjatuh dari motor. Kali ini akibat tabrakan dengan pengendara motor lain tanpa SIM yang memotong jalan hanya karena malas menempuh jarak jauh untuk memutar. Tragisnya, tragedi ini terjadi tepat dihari kelulusan putranya dari bangku TK.
Kisah ketiga adalah kisah paman saya yang dipanggil menghadap Bapa pagi ini. Kemarin seorang pengendara motor menabraknya ketika hendak menyeberang jalan persis di depan rumah. Tidak sampai 24 jam, hampir saja ia meninggalkan seorang istri dan dua orang putra berusia sekitar tujuh dan tiga tahun.
Rasanya inilah buah kebanggaan yang tidak pada tempatnya
Wednesday, December 16, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)