Sunday, December 28, 2008

Reuni Ketiga

Tiga tahun yang lalu saya tertawa sinis ketika perkuliahan membahas teori konformitas. Ada sedikit rasa jijik terselip dan tekad membuktikan diri bahwa konformitas itu dapat saya minimalisir dalam hidup keseharian saya. Namun, yang terjadi pada akhir pekan lalu memaksa saya mengakui kebenaran teori itu sebenar-benarnya.
Pada dasarnya setiap orang membutuhkan rasa ”sama dengan lingkungan” atau merasa menjadi bagian dari suatu komunitas, apapun jenisnya. Berada di suatu komunitas dan diterima sebagai bagian dari komunitas membuat individu merasa dihargai, merasa memiliki daya yang lebih untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya, penolakan dari lingkungan sekitar membuat individu merasa aneh, berbeda, dikucilkan, dan akhirnya kehilangan kemampuan berkarya.
Penerimaan yang saya rasakan ketika hadir seorang diri di acara komunitas kami semasa sekolah mampu membuat saya merasa begitu berharga. Tampaknya semua kesalahan selama proses pembelajaran tentang hidup yang kami alami semasa sekolah dulu tak lagi menjadi masalah. Proses lanjutan yang kami lalui memampukan kami (terutama saya) menertawai masa suram ketika itu. Kebersamaan singkat petang itu membuahkan kesadaran dan energi baru yang semoga saja bukan hanya saya yang mengalaminya.

No comments: